Surabaya, newrespublika – Legislator PDI Perjuangan Kota Surabaya Eri Irawan turun ke bawah melihat langsung program Dandan Omah Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) Pemkot Surabaya.
Eri Irawan meninjau langsung proses renovasi rumah Sumardi di Kecamatan Mulyorejo. Eri mengatakan, ini bukan sekadar renovasi fisik, tapi upaya menghadirkan keadilan sosial melalui pembangunan yang merata.
“Kita tidak boleh membiarkan ada warga yang tertinggal di tengah pesatnya kemajuan kota. Perbaikan rutilahu ini adalah bentuk keberpihakan nyata. Bahwa setiap warga berhak tinggal di rumah yang layak,” ujar Eri Irawan, politisi dari PDI Perjuangan, Selasa (30/09/2025).
Eri Irawan menceritakan, Setiap pagi, Sumardi mengayuh becaknya menembus jalanan di sekitar kawasan Kecamatan Mulyorejo. Bertahun-tahun ia pulang ke rumah yang dindingnya rapuh dan atap bocor.
Tapi tahun ini, hidup Sumardi berubah. Rumahnya kini sedang direnovasi. Bukan karena mendapat warisan atau undian, tapi berkat program “Dandan Omah” dari Pemerintah Kota Surabaya yang menyasar rumah-rumah tidak layak huni (Rutilahu).
Eri Irawan menerangkan, tahun ini, sebanyak 2.069 rumah seperti milik Sumardi diperbaiki Pemkot Surabaya dalam program tersebut. Sejak diluncurkan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada 2021, program Dandan Omah telah memperbaiki 9.500 rumah.
Dirinya menambahkan, rumah yang layak dengan sirkulasi udara baik dan sanitasi memadai adalah pondasi penting bagi tumbuhnya generasi masa depan yang sehat secara fisik dan mental.
“Di rumah-rumah itulah anak-anak dibesarkan, dididik menjadi generasi hebat. Maka, membenahi rutilahu artinya kita sedang berinvestasi pada masa depan kota ini,” kata Eri Irawan yang juga Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya ini.
Yang menarik, lanjut Eri, program “Dandan Omah” tidak hanya menyentuh aspek sosial, tapi juga ekonomi lokal. Pengerjaannya menggunakan sistem padat karya, memberdayakan warga sekitar lewat kelompok teknis perbaikan rumah (KTPR) di tiap kelurahan.
“APBD kita harus memberi manfaat yang luas. Bukan hanya memperbaiki rumah, tapi juga menggerakkan ekonomi warga sekitar. Ini adalah model pembangunan yang inklusif, dan kita pastikan tahun depan program ini terus berjalan dan akan terus ditingkatkan,” kata Eri.
Eri juga mengajak berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, provinsi, BUMN, swasta, hingga lembaga zakat, untuk ikut berkontribusi. Karena masih banyak warga yang menanti rumahnya disentuh program ini.
“Di tengah hiruk-pikuk kota, di balik peluh pengayuh becak seperti Pak Sumardi, kini ada secercah harapan. Sebuah rumah yang layak, yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup, dan tempat baru untuk bermimpi lebih tinggi,” pungjas Eri. (trs)
