Surabaya, newrespublika – Di moment Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732 tahun, Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko mengajak seluruh elemen kota untuk melihat wajah Surabaya dari sudut keberanian berubah, bukan sekadar dari program-program indah di atas kertas.
“ Wajah kota yang berkemajuan tak akan tercapai tanpa keberanian dalam menjalankan visi besar pembangunan,” ujar Yona Bagus Widyatmoko di Surabaya, Kamis (22/05/2025).
Ia menambahkan, kalau ditanya tentang perspektif kota Surabaya ke depan, intinya adalah sekuat dan sebagus apa grand design yang dibuat untuk kota kita tercinta. Semua berawal dari keberanian. “Teko wani, wani berubah apa enggak? Nek wani ojo wedi, nek wedi ojo wani. Wes iku ae,” tegas Yona.
Politisi Gerindra Surabaya ini Cak mengingatkan bahwa perubahan yang nyata tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah semata. Perlu adanya partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat mulai dari warga, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku usaha, legislatif, eksekutif, aparat penegak hukum (APH), hingga media massa.
“Jangan hanya sibuk dengan retorika program dan gagasan yang indah, tapi tak ada keberanian untuk benar-benar menjalankan dan mengubah. Semua pihak harus punya kemauan yang sama. Kalau hanya slogan, itu tidak cukup,” ungkapnya.
Yona juga menyoroti pernyataan yang sering digaungkan Wali Kota Surabaya, bahwa membangun Surabaya tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus melalui kolaborasi dan sinergi antara eksekutif dan legislatif. Namun, menurutnya, kolaborasi itu masih belum sepenuhnya terlihat nyata di lapangan.
“Konsistensi statement ini harus bisa diaktualisasikan secara konkret, bukan sebatas ucapan namun realitanya lemah di lapangan,” tandasnya.
Menurut anggota dari Fraksi Gerindra ini, wajah Surabaya memang menunjukkan peningkatan di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan kesehatan. Namun, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, termasuk dalam hal birokrasi dan pelayanan publik. “Dari semua aspek, ada yang membaik, ada yang masih lemah. Kita tidak bisa tutup mata,” ujarnya.
Yang paling penting, lanjutnya, adalah keteladanan dari para pemimpin di Surabaya dalam bersikap dan bertindak. “Poro pemimpin yang ada di Suroboyo harus bisa memberikan contoh sikap yang benar kepada warganya, termasuk konsistensi dalam mengaktualisasikan program di tengah masyarakat,” kata Yona
Dirinya berharap, di usia yang ke-732 ini, momentum HJKS dapat menjadi pemicu semangat baru bagi seluruh elemen kota. Ia optimistis, jika keberanian, kolaborasi, dan keteladanan diwujudkan secara konkret, maka wajah kota Surabaya akan semakin sejahtera dan maju.
“Surabaya bisa lebih baik, asal semua pihak ‘wani berubah’,” pungkasnya. (trs)