Surabaya, newrespublika – Politisi Partai Demokrat yang juga anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Muhammad Saefuddin mengungkapkan, perayaan HUT RI ke 80 tahun jangan hanya sekedar seremonial saja.
“ Diusia yang ke-80 tahun ini berarti usia yang tidak muda lagi dan tidak remaja lagi. Maka hari kemerdekaan yang ke-80 tahun ini jangan hanya sebatas selesai di seremonial atau secara normatif saja,” ujar M. Saefuddin di Surabaya, Senin (11/08/2025.
Ia menambahkan, tapi bagaimana kemudian negara hadir untuk kemudian berbicara tentang kesejahteraan.
“ Tidak mungkin rakyat ini berdaulat dan bersatu kalau tidak sejahtera. Maka sesuai dengan tema berdaulat, bersatu dan sejahtera jadi harus dibalik sejahtera dulu baru kemudian berdaulat baru bersatu itu yang pertama,” ungkap M. Saefuddin yang biasa disapa Bang Udin.
Yang kedua, tambah Bang Udin, adalah momentum kemerdekaan itu jangan hanya diisi oleh lomba-lomba yang tidak produktif. Karena apa sejatinya subtansinya hari kemerdekaan itu adalah diisi oleh kegiatan yaitu berupa refleksi perjuangan para tokoh-tokoh bangsa, para pahlawan yang kemudian gugur.
Jadi, sambungnya, lebih banyak kepada refleksi awal kemerdekaan mengingat perjuangan para pahlawan-pahlawan kita.
Yang ketiga, jelas Bang Udin, yang ingin saya sampaikan adalah ini menjadi perdebatan yang seharusnya hari kemerdekaan itu tanggal 17 apa tanggal 18 Agustus, karena pada tanggal 17 Agustus itu masih belum ada negara, tetapi itu masih ada makanya sebatas pengakuan kemerdekaan atas nama bangsa bukan nama negara.
“ Ini perlu kajian yang mendalam apakah tanggal 17 Agustus, apakah tanggal 18 Agustus diperingati hari kemerdekaan Indonesia,” terang Bang Udin.
Sementara kalau dihubungkan dengan Surabaya di HUT RI ke 80 tahun, Surabaya ini kan sudah baik sudah bagus, maka harus ditambah kebaikan, harus lebih ditambah kemajuan itu dengan mengutamakan kepentingan rakyat, khususnya dari pembangunan-pembangunan kota.
Jika kemudian pembangunan itu hanya menguntungkan pihak korporasi saja, kata Bang Udin, atau bermanfaat untuk kelompok tertentu saja itu harus dikesampingkan.
Tapi bagaimana kemudian pembangunan di Surabaya itu lebih kepada menyentuh langsung dengan rakyat.
“ Contohnya adalah, memperbanyak Rutilahu atau Rumah Layak Huni Jadi bukan hanya melebarkan jalan, tetapi itu tidak langsung berdampak kepada rakyat,” pungkasnya. (trs)