Revitalisasi Taman Bungkul Harga Mati

Revitalisasi Taman Bungkul Harga Mati

Surabaya, newrespublika – DPRD Kota Surabaya mendesak Pemkot Surabaya untuk merevitalisasi Taman Bungkul, agar lebih tertata dengan baik dan menjadi objek wisata nomer wahid (nomer satu) di Surabaya.

“ Selama ini kan Walikota Eri Cahyadi getol banget mengembangkan destinasi-destinasi wisata di Surabaya untuk menambah PAD. Nah, coba itu Taman Bungkul ditata agar lebih maksimal dengan cara merevitalisasi secara menyeluruh,” ujar anggota Komisi D, Imam Syafi’i kepada wartawan usai rapat bersama dinas terkait soal penataan Taman Bungkul, Rabu (22/01/2025).

Ia menjelaskan, beberapa hari lalu Komisi D mengecek langsung kondisi Taman Bungkul dan sekitarnya, karena didalamnya juga ada makam-makam keramat dan tokoh perjuangan yang tidak terexpose ke publik, ternyata ada konflik internal sesama penghuni di area Taman Bungkul.

“ Nah, kami berharap setelah konflik internal didalam area Taman Bungkul selesai, langkah selanjutnya merevitalisasi Taman Bungkul secara keseluruhan,” tegas politisi Nasdem Surabaya ini.

Imam Syafi’i menerangkan, saat teman-teman Komisi D itu melakukan kunjungan ke Taman Bukul ternyata kita temukan belasan rumah di komplek Taman Bungkul. Menurut saya ini tidak betul lah, karena terlihat kumuh.

Namun, kata Imam Syafi’i, ketika kita tanya ke Pemkot Surabaya dinyatakan bahwa, tidak ada satupun yang berhak tinggal di situ karena ini lahannya milik pemerintah kota Surabaya. Karena itu dalam rapat teman-teman di Komisi D meminta seluruh bangunan tersebut direlokasi. Ketika kami kemarin datang ke sana, penghuninya juga tidak keberatan. “ Penghuninya ini adalah keluarga dari Juru Kunci Taman Bungkul,” terang Imam Syafi’i.

Alasan perlunya revitalisasi Taman Bungkul, jelas Imam Syafi’i, biar nanti Taman Bungkul itu luas, kemudian bersih, dan nyaman. Sekarang ini Taman Bungkul yang sesungguhnya sudah ramai pengunjungnya, kenapa ini yang kemudian tidak diseriusi dan ditangani secara khusus, sehingga ini juga bisa dengan yang lainnya.

Kami minta selain tadi membersihkan bangunan-bangunan yang menurut kami liar, karena ini berdiri di komplek Taman Bungkul, kami ingin juga untuk Taman Bungkulnya yang bukan makam penataannya juga harus jadi satu kesatuan dengan Taman Bungkul.

“ Jangan sampai kemudian yang dibangun di situ itu tidak sama sekali mencerminkan wisata religius. Dulu warga Surabaya, menunggu zamannya Bu Risma,
akan ada desain dari ITS untuk wisata religi Taman Bungkul, tapi nyatanya sampai hari ini ternyata tidak ada,” terang Imam Syafi’i.

Yang kami mengagetkan, kata Imam, justru sampai hari ini ternyata pemerintah sama sekali tidak pernah membantu membayar listrik dan air untuk Taman Bungkul. Sehingga ini kemudian mereka yang diberi kepercayaan di situ ngopiak tidak karu-karuan, kemudian memicu persoalan yang ada.

Karena itu, kembali tegas Imam Syafi’i, pemkot harus mengurusi Taman Bungkul ini, listrik, air dan semuanya. Terakhir yang tadi itu juga penataan PKL, harus dilaksanakan dengan asas keadilan.

Di situ banyak pedagang, kami berharap pedagang semuanya bisa memberi manfaat,
tapi kalau yang sudah besar, ya harus paham kewajibannya, misalnya harus dikenakan pajak.

“ Karena kami melihat beberapa pedagang di situ omsetnya besar sekali, dan selama ini tidak ditarik apa-apa kecuali iuran air, kebersihan dan listrik,” pungkasnya. (trs)