Surabaya, newrespublika – Komisi C DPRD Kota Surabaya mendorong Pemkot agar sampah Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak dibuang sia-sia, melainkan dimaksimalkan menjadi sampah produktif.
Ketua Komisi C, Eri Irawan mengatakan, sebaiknya sampah sisa MBG tidak dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tapi dibuang seperti rumah kompos, sehingga bisa diolah menjadi pakan ternak.
“ Baik itu nanti di rumah kompos, kemudian di TPS 3R maupun di usaha-usaha mandiri warga yang terkait dengan kebutuhan sisa makanan, yang bisa dijadikan bahan makanan komoditas peternakan seperti, magot atau budidaya perikanan dan segala macamnya,” ujar Eri Irawan di Surabaya, Rabu (05/02/2025).
Ia menambahkan, ada kabar baik bagi pemerintah daerah karena pendanaan MBG ternyata full sepenuhnya oleh pemerintah pusat, sebagai mana kemarin disampaikan oleh Mendagri untuk menerjemahkan arahan Presiden Prabowo, bahwa semua pendanaan MBG nanti dari pusat.
Nah ini tentu kabar baik bagi pemerintah daerah, kata politisi muda PDIP Surabaya, mengapa, karena pemerintah daerah punya ruang fiskal yang lebih untuk kemudian menjalankan agenda-agenda pembangunan terutama terkait infrastruktu.
“ Apalagi Pemkot Surabaya kemarin sudah mengalokasikan sekitar Rp1,1 triliun untuk MBG, otomatis itu tidak sepenuhnya terpakai untuk MBG. Bahwa nanti di dalam operasional ada dukungan dari pemerintah kota itu pasti ada misalnya terkait dengan pengelolaan sampahnya yang juga perlu biaya,” terang Eri Irawan.
Ia menerangkan, kami sudah menghitung juga untuk sampah ini salah satu yang bisa dialokasikan dari Rp1,1 triliun itu nanti mungkin sebagian terkait dengan pengelolaan sampahnya. Jika MBG semua telah dilaksanakan ada total 485 ribu pelajar
Mulai dari SD, SMP, SMA, SMK. Yang itu kalau berdasarkan asumsi dari Kementerian Lingkungan Hidup akan menghasilkan sampah kurang lebih 50 gram per siswa per hari.
Namun, kata Eri Irawan, kalau di rata-rata 50 sampai 100 gram per hari kalau kita hitung dalam sehari ada potensi timbunan sampah baru di Surabaya berdasarkan hasil sisa makanan itu mencapau 24 ton sampai 48 ton per hari.
Tentu ini harus diolah juga, terangnya, harus diatasi maka salah satu solusinya adalah meningkatkan dapur-dapur MBG ini dengan TPS 3R, kemudian dengan rumah kompos, kemudian dengan usaha-usaha mandiri warga yang terkait dengan olahan sampah seperti magot, kemudian ekosistem peternakan dan segala macam ini yang perlu dioptimalkan di tempat peternakan.
Harap perlu juga disadari, tegas Eri, dari 1.600 ton sampah di Surabaya per hari ini
55% diantaranya adalah hasil sisa makanan. Nah ini kalau bisa kita mendorong agar sisa hasil sampah MPG tidak ada yang masuk ke TPA.
“ Jadi semuanya 24 ton per hari sampai 48 ton per hari ini semuanya itu asumsi jumlah siswa semua sudah terlayani. Kalau sekarang kan baru puluhan kilogram, karena memang jumlah siswanya baru sedikit yang dilayani MBG,” pungkasnya. (trs)