Dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri Cahyadi ingin, selain bisa naik kelas, para pelaku UMKM binaan BPR SAU bisa terbebas dari kemiskinan hingga jeratan rentenir dalam menjalankan usahanya. Ia mengatakan, jika ingin terus naik kelas, maka tidak boleh ada kata pantang menyerah dari para pelaku UMKM.
“Ketika UMKM itu naik kelas, maka mereka akan mempekerjakan kembali dari warga atau tetangga-tetangganya, ini sangat luar biasa. Semoga UMKM yang naik kelas ini bisa terus BPR SAU dampingi dalam hal permodalan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Menurut Wali Kota Eri, modal semangat saja tidak cukup tanpa adanya permodalan ketika menjalankan sebuah usaha. Ketika modal sudah didapatkan, maka para pelaku UMKM harus bisa mengembangkan usahanya menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Di kesempatan ini, ia sempat menceritakan ketika dirinya berjuang memulai usaha saat duduk di bangku SMA. Kala itu, ia rela berjualan beras dan gula untuk modal biaya pendidikannya. Bahkan, di tahun 1997, saat Eri Cahyadi muda menginjak bangku kuliah, sempat merasakan usaha jual peralatan kesehatan dan kambing.
“Saya mulai dari SMA, nggak pernah orang tua saya bayar biaya sekolah saya. Saya jual beras, jual gula, saya angkut sendiri. Bahkan saat Abah saya sakit, tahun 1997 saya jual kambing untuk menutup biaya kuliah,” ungkapnya.
Maka dari itu, ia berharap, para pelaku UMKM di Kota Surabaya tidak setengah-setengah dalam membangun sebuah usaha. Agar kedepanya 65 ribu keluarga miskin di Kota Surabaya bisa terlepas dari kemiskinan.
“Akan kita tambah terus, karena kita ada 65 ribu keluarga miskin yang kita gerakkan semuanya melalui Padat Karya dan UMKM. Dan semua permodalan kita gerakkan dengan BPR SAU,” katanya.
Sementara Direktur Utama (Dirut) PT BPR SAU, Renny Wulandari menyampaikan, BPR SAU bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan terus mendorong para pelaku UMKM untuk naik kelas. Saat ini, BPR SAU telah membantu 2.500 pelaku UMKM di Kota Surabaya untuk bangkit dari kemiskinan.
“Akhirnya dengan adanya program Padat Karya mereka kami beri modal, dan menghasilkan sebuah produk hingga akhirnya menuai penghasilan,” kata Renny.
BPR SAU tidak hanya memberikan permodalan bagi para pelaku UMKM di Kota Surabaya, akan tetapi juga memberikan pendampingan lainnya. Seperti digital marketing, pemasaran, dan lain sebagainya.
“Jumlah pinjaman yang kami berikan mulai Rp 2 juta bahkan ada yang ratusan juta. Kita pendampingan khusus setiap bulan dua kali, hingga kita evaluasi,” terangnya.
Ia berharap, BPR SAU, Pemkot Surabaya, dan DPRD Kota Surabaya bisa terus berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas UMKM hingga keluarga miskin di Kota Pahlawan terbebas dari kemiskinan.
“Karena ada yang ikut di e-Peken juga ya, jadi kita terus bersinergi dengan pemkot. Targetnya, sampai akhir tahun kita upayakan bisa menjangkau di angka 4 ribu UMKM,” urainya.
Sementara itu, Syaiful Anas pelaku UMKM paving binaan BPR SAU mengaku, kini ia memiliki penghasilan puluhan juta perbulan. Warga Tambaksari itu tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Eri Cahyadi dan BPR SAU telah membantu dirinya terbebas dari kemiskinan.
“Sebelumnya Kami usaha warung makan, karena Covid-19 kami tutup. Hingga akhirnya mendapatkan bantuan usaha dari Pemkot Surabaya berupa program Padat Karya paving,” kata Anas.
Tak hanya ada Anas yang kini naik kelas hingga terbebas dari jerat kemiskinan, ada pula Elok Uripah yang bergerak dibidang ekspor teripang.
Warga Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak itu kini hidupnya telah lebih baik. “Alhamdulillah per bulan penghasilan saya sekarang bisa lebih dari Rp 25 juta,” pungkasnya. (trs)
Related Posts:
- Anas Karno Desak BPR SAU Bantu Permodalan UKM dan UMKM
- Penyertaan modal Rp 30 milyar BPR SAU cair, Komisi B:…
- LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPR Jepara Artha
- LPS Banking Award 2022 Forum Apresiasi Industri Perbankan
- Anas Karno Sosialisasi Kredit Lunak BPR SAU bagi UKM/UMKM
- Riswanto: UMKM di Surabaya Perlu Akses Permodalan Usaha