Sidak Anggota Komisi B Buahkan Hasil, Eri Cahyadi Prioritaskan Suplai Air PDAM ke Blauran Kidul yang 10 Tahun Tidak Dapat Air

Surabaya, Respublika – Keluhan warga kampung Blauran Kidul gang 1 yang tidak mendapatkan air PDAM sejak 10 tahun karena jaringan pipa rusak, menjadi perhatian serius Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

“Kawasan Blauran menjadi prioritas, dan ini menjadi catatan nanti ke teman-teman,” tegasnya pada Selasa (02/08/2022).

Lebih lanjut Eri Cahyadi mengatakan, PDAM Surya Sembada Surabaya punya kontrak kinerja dengan dirinya. Seiring dengan terpilihnya direktur utama PDAM Surya Sembada yang baru.

“Kita punya target bahwa ditahun 2023 tidak ada lagi wilayah disurabaya yang tidak teraliri air PDAM. Kalau tidak teraliri air akan mengundurkan diri itu janji Dirut PDAM. Bisa dicek itu,” ungkapnya.

Eri Cahyadi menambahkan, ada beberapa penyebab dibeberapa titik wilayah tidak bisa teraliri air PDAM. “Misalnya tidak ada pipa utama, kemudian tidak ada pipa kecil-kecil yang masuk kekampung,” imbuhnya.

Eri juga mengungkapkan berdasarkan keterangan dari pihak PDAM Surya Sembada, kehilangan air akibat kebocoran dan kerusakan pipa cukup tingggi.

“Dan kalau pipa itu segera diganti akan meniadakan kebocoran air. Sehingga wilayah lain bisa teraliri,” jelasnya.

Menurut Eri untuk perbaikan itu PDAM bisa mengundang investor untuk turut berinvestasi, sehingga tidak pakai uang PDAM. “Makanya kita bilang cobalah pakai investasi. Dan dengan itu bisa dibayarkan. Dan itu bisa menjadi pertimbangan,” ujarnya.

Eri Cahyadi juga menyinggung soal pemerataan tarif PDAM dan tidak pernah naik puluhan tahun. “Tarif pdam ini kan rata bayarnya tidak pernah naik puluhan tahun. Kalau tarif ini sama antara rumah kecil dan rumah besar itu kuwalik dadine,” jelasnya.

Mantan Kepala Bappeko Surabaya tersebut mengatakan, seharusnya ada perbedaan tarif. Misalnya rumah di klater perkampungan dengan klaster rumah mewah.

“Wong bayar PBB nya juga beda. Ini harus dirubah jangan pernah takut. Kalau begini terus akhirnya simiskin mensubsidi yang kaya,” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya sekitar 20 rumah di kampung Blauran Kidul gang 1 dan Kebangsren tidak mendapatkan air PDAM sejak 10 tahun akibat jaringan yang pipa rusak.

“Warga mendapatkan air bersih, untuk mencuci, masak, mandi dengan membeli air gledekan. Setiap bulan habisnya Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Kalau tidak ada penjual air gledekan kita beli air galon isi ulang,” kata Zulkarnaen warga Blauran Kidul gang 1 nomor 8 saat ditemui Wakil Ketua Komisi B Anas Karno, pada Sabtu (30/07/2022).

Menurut Zul, warga berulang kali melaporkan kondisi ini ke pihak PDAM Surya Sembada, namun tidak kunjung ada perbaikan.

Sedangkan Tia warga lainnya mengatakan, meski tidak mendapatkan air PDAM, warga tetap membayar abonement setiap bulan.

“Ketika bulan Januari, Februari, Maret, April tagihannya sekitar Rp 18 ribuan. Namun setelah itu naik menjadi sekitar Rp 60 ribu lebih. Tidak dapat air tapi tetap disuruh bayar,” pungkasnya.(trs)